Strategi Pemasaran Lembaga Pendidikan di Era Digital

Oleh: Toto Wijaksana

Taraf kemajuan kehidupan manusia memang tidak dapat dipungkiri begitu pesat. Berbagai aspek kehidupan hidup bersama berdampingan di era digital. Era kemajuan dimana teknologi berperan sangat penting dalam kehidupan manusia di dunia. Siapa yang bisa membantah kecanggihannya? kecuali orang-orang yang menutup diri dengan itu semua.

Semua dapat divisualisasikan melalui alat digital dan hampir menyerupai aslinya. Bedanya nyata dan maya, tetapi sebagian pengguna alat digital memang sudah membuktikan virtualisasi lembaga pendidikan yang berkembang dewasa ini.

Lembaga pendidikan sejatinya adalah badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha dalam bidang pendidikan. Manajemen dan administrasinya harus top ‘markotop’ agar bisa dinilai ‘jempolan’ oleh masyarakat.

Selain inti-inti dua komponen tersebut, pun ada hal penting harus dilakukan, yaitu strategi pemasaran lembaga pendidikan. Loh, ko pemasaran? emangnya lembaga pendidikan kita mau dijual? okeh lah kalau tidak ingin memakai bahasa pemasaran, saya ganti jadi promosi (memperkenalkan).

Alangkah lebih baiknya jika kita perhatikan ilustrasi di bawah ini.

Anggap saja, Anda adalah pemilik lembaga pendidikan.

Anda merintis sebuah lembaga pendidikan, misalnya PAUD, RA, TK, MD, DTA MI, SD, MTs, SMP, MA, SMA, SMK, Ponpes atau lembaga nonformal sekalipun harus benar-benar sadar, bukan mimpi apalagi setengah mimpi. Lah ko harus sadar? Iya, Anda harus sadar betul bagaimana cara dan mekanisme pendiriannya.
Bukan hanya sedekar mewujudkan mimpi, apalagi mimpinya setengah-setengah. Anda tidak sadar, sama dengan ‘membangun keruntuhan’. Jangan berbuat kekonyolan hanya untuk popularitas sebagai pemilik lembaga. Sungguh kredibilitas dan kualitas lebih utama dibanding hanya sekedar popularitas yang bisa hilang dipersimpangan zaman.

Anda harus sadar betul bahwa mendirikan sebuah lembaga pendidikan mengharuskan untuk memenuhi syarat administrasi yang harus dipenuhi, jika ingin mendapatkan legalitas. Kecuali jika Anda ingin mempunyai lembaga pendidikan ilegal, itu lain cerita namanya.

Hal yang harus Anda ketahui sebelum bertindak (action) adalah melakukan perencanaan (planning) dan mengorganisir (organizing), termasuk didalamnya mempelajari literatur tentang Peraturan Pemerintah, Izin Pendirian dan Operasional Sekolah, Akta Notaris (jika yayasan) dan lain sebagainya. Ini harus mantap, gamblang, jelas dan dilakukan tentunya.

Anggap saja Anda sudah berhasil dalam tahap perizinan, baru Anda bangun manajemen dan administrasi lembaga dengan baik dan benar. Jangan sampai sekolah Anda sudah beroperasi tapi izin pendirian dan operasionalnya bertahun-tahun tidak ada kejelasan. Ini bisa membuat reputasi Anda dan lembaga ‘kedodoran’ di mata masyarakat. Tidak kasihan sama siswa yang sudah lulus? Plis, jangan lakukan kekonyolan hanya demi itu. Nekad boleh, asal sisi realistis pun harus dipertimbangkan.

Pada tulisan ini akan dijelaskan inti permasalahan strategi pemasaran secara gamblang lembaga pendidikan Anda di era digital. Kita sepakati yah, era digital adalah zaman modern dengan berbagai alat-alat teknologi canggih yang bisa dimanfaatkan, bukan cara-cara kuno yang buang-buang waktu dan tenaga. Berikut saya jelaskan beberapa strategi pemasaran lembaga pendidikan di era digital.

Catatan: Sebelum melakukan strategi pemasaran, Anda harus pastikan dulu apa yang Anda pasarkan memang benar-benar layak di pasaran. Seperti halnya Anda berjualan pakaian di pasar, jika memang pakaian yang Anda jual belum selesai dijahit, ya jangan dijual. Itu bisa menurunkan reputasi. Apalagi jika pakaian yang Anda jual bolong-bolong, kotor, sobek, tidak mengikuti tren, atau tidak layak untuk dijual. Waduh, jangan harap deh bisa laku, orang mau nengok pun malas.

#1 Visualisasikan Lembaga Pendidikan dengan Website

Bagi saya, website adalah rumah kita di internet. Orang lain bisa mengetahui apa yang ada dalam pemikiran kita melalui website. Demikian pula dengan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang maju, percaya bahwa visualisasi lembaga mereka melalui website bisa mempengaruhi pertimbangan perminat agar semakin yakin dengan pilihannya. Brosur hanya bisa membantu visualisasi lembaga sekian persen, jika hilang atau sobek, lupa lagi deh isinya apaan.

Coba perhatikan sekolah-sekolah yang manajemennya bagus, sekolah yang bagus belum tentu manajemennya bagus loh yah. Pasti strategi pemasaran lewat website sangat membantu lembaga mereka menduduki peringkat pertama di hati peminat. Bukan kah melihat foto orang yang disukai cukup mewakili sebagian rasa (minat) dalam hati, jangan baper ah. Hal penting yang harus dikelola adalah atur sedemikian rupa agar website lembaga pendidikan Anda meluncur autopilot.

Artinya Anda tidak harus langsung menangani, berikan otoritas pada pengelola (terpercaya) untuk membuat visualisasi website semirip mungkin dengan apa yang ada pada lembaga pendidikan Anda.

Saya rasa keluar gambar Soekarno untuk membuat website demi membangun kredibilitas lembaga bukan hal yang konyol.

Tapi ingat cacatan di atas.

Dalam membuat website, Anda harus perhatikan hal mendasar dalam pembuatanya. Misalnya dalam pengelolaan Hosting dan Domain. Pilih Web Hosting terpercaya untuk penyimpanan data-data lembaga pendidikan Anda secara online.

Tak usah berpikir terlalu panjang untuk menyewa domain Indonesia dengan ekstensi .sch.id (sekolah), .ac.id (perguruan tinggi), dan yang teranyar .ponpes.id (pondok pesantren). Reputasi visualisasi sangat terlihat dalam pemilihan ekstensi domain tersebut. Awas, jangan pakai website gratisan loh ya, kecuali jika lembaga pendidikan Anda memang belum layak untuk dipasarkan secara luas.

Coba tengok beberapa lembaga pendidikan yang telah memvisualisasikan dirinya dengan website berikut:

  1. TK Nasional Plus Tunas Iblam
  2. SD Swasta Universal School Jakarta
  3. SMP Negeri 5 Yogyakarta
  4. SMA Negeri 9 Bandung
  5. SMK Negeri 1 Surabaya
  6. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, atau Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung
  7. Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, atau Darul Amanah Kendal Jawa Tengah
Bagaimana? Luar biasa bukan? Gak zaman kali ah masih dengan cara-cara kuno.

#2 Manfaatkan Perkembangan Media Sosial

Siapa sangka perkembangan media sosial sebagai media pemasaran kini semakin meningkat. Tak hanya sebagai media curhat dan toko online, media sosial pun menjadi alat yang sangat penting untuk pencitraan lembaga pendidikan Anda. Tentunya bukan citra buruk lantas dibaik-baikkan, tetapi kondisi riil positif sebagaimana fakta sebenarnya, itu yang harus Anda tonjolkan.

Sama seperti website, media sosial pun harus autopilot. Anggap saja pengelola website dan media sosial lembaga pendidikan Anda adalah orang yang sama. Maka, seharusnya pengelola tahu tupoksi yang Anda berikan. Mulailah memasarkan lembaga pendidikan Anda di Facebook, Twitter atau media lainnya.

Kominfo merilis data pengguna internet, Indonesia sebanyak 63 juta orang, dan 95% dari pengguna tersebut mengakses media sosial. Tidak aneh jika Indonesia menempati peringkat ke-4 pengguna facebook di dunia setelah USA, Brazil dan India. Peringkat ke-5 pengguna twitter di dunia setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris.

Gunakan facebook untuk menyusup ke semua pengguna dengan berbagai usia. Gunakan Twitter untuk menyelip ke semua pengguna yang berusia muda. Atau Instagram untuk pengguna yang lebih suka media visualisasi gambar-gambar tentang kegiatan lembaga pendidikan Anda. Jadi, masuk akal bukan, jika Anda memanfaatkan dengan baik media sosial untuk strategi pemasaran lembaga pendidikan?

Baca: Guru Anti Gaptek

Jangan berpikiran terlalu panjang untuk tidak melakukan hal tersebut, karena waktu Anda sangat mepet jika hanya memikirkan hal ini. Segera lakukan, dan tingkatkan kredibilitas lembaga pendidikan Anda di masyarakat.

#3 Bangun Hubungan

Bahasa kerennya ‘human relationship’, atau membangun hubungan dengan manusia. Tak hanya ‘sekedar’, tapi harus didasari komitmen dan kesungguhan. Anda bisa tukar pikiran dengan berbagai macam karakter orang yang berbeda-beda secara horizontal maupun vertikal.

Baik dengan orang-orang biasa yang mempunyai dedikasi terhadap pendidikan, orang tua, masyarakat maupun dengan praktisi pendidikan, praktisi manajemen, guru, dosen, para ahli, tokoh agama, atau tokoh penting dinas pendidikan. Salah besar jika Anda harus membesarkan lembaga pendidikan Anda secara sendirian tanpa peran ‘bayangan’ dari orang-orang tersebut.

Ingat! jangan mengerdilkan diri dengan pemikiran semacam ini. Orang lain tidak akan mengakuisisi apa yang sekarang Anda bangun, Anda punya kontrol penuh terhadap lembaga pendidikan Anda. Tetapi Anda tidak menolak untuk membangun lembaga dengan kritik, saran dan bantuan dari mereka.

Ilustrasinya begini:

Anda kuliah di Perguruan Tinggi, selagi kuliah carilah dosen yang bisa membimbing kehidupan Anda, carilah teman sebanyak-banyaknya, tak peduli baik atau buruk, yang penting Anda bisa jaga diri agar tidak terpengaruh. Bangun persahabatan yang hangat dan sedikit mengikat (aku ada karena kamu ada). Setelah lulus, suatu saat Anda akan membutuhkan mereka untuk membantu apa yang saat ini Anda rintis, begitu pun sebaliknya. Anda tidak akan pernah tahukan sahabat Anda kedepan akan menjadi apa?

Siapa tahu Anda dan sahabat Anda menjadi orang besar dan penting untuk masyarakat. Mereka bisa menjadi konsultan gratis untuk Anda. Bukankah masalah akan cepat ‘clear’, jika dicari solusinya bersama (sahabat yang mampu membantu). Anda berbagi, tentu saja sahabat Anda akan tahu tentang lembaga pendidikan Anda. Bukan hal yang tidak mungkin, jika sahabat Anda ikut mempromosikan lembaga pendidikan Anda ke orang lain. Tentunya lembaga Anda harus ‘endol surendol takendol-kendol’ dulu dong, kalau tidak, mana mau orang lain mempromosikan.

Itulah sedikit tulisan tentang Strategi Pemasaran Lembaga Pendidikan di Era Digital, memang sangat jauh dari kerincian, kelengkapan, bahkan kesempurnaan, tapi inilah yang bisa saya suguhkan untuk mencerahkan langit yang kembali menangis.

Jika Anda mempunyai strategi lain yang brilian, coba tuliskan di kolom komentar untuk bertukar pikiran.

Sumber: https://cetelogi.com/strategi-pemasaran-lembaga-pendidikan/


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *